Thursday, October 04, 2007

Sejarah

Jalur Pitu sebenarnya bukan jurnal sastra yang baru muncul. Edisi pertama terbit di bulan Maret 2002; menyusul edisi kedua, Mei 2002. Sesudahnya, terjadi kevakuman sekian lama. Sebabmusababnya klasik: faktor permodalan. Di samping itu, aktivitas awak redaksinya beragam.

Dan, perjuangan pun tetap coba diteruskan. Niat dipercikkan dan semangat menerbitkan jurnal sastra itu pun dikobarkan kembali. Tentu saja, harus lebih mendalam pergulatannya.

Dalam sebuah bincang-bincang pertemuan, seorang kawan melempar pertanyaan,“Kenapa sastra dan bukan yang lain?”

Salah seorang rekan pun menanggapi dengan sedikit canda: “Kita kan berangkat dari minat yang sama pada ranah penulisan kreatif (sastra). Mosok yang mau diterbitkan majalah tataboga, kebugaran, pariwisata, dst. Itu mungkin saja, sih! Tapi, gaya bahasanya tetap harus dibalut dengan metafor-metafor yang nyokot roso”. Gerr….

Jawaban bermuatan gojeg tersebut tentunya tidak memuaskan kami yang serius mempertanyakan, “Kenapa sastra?” Lalu kami berembug, berdebat, saling caci (ethok-ethoké), dan bersepakat.

Dan, paruh bulan Agustus 2003 Jalur Pitu terbit dalam bentuk News Letter, Di tahun berikutnya, media ini terbit masih dalam bentuk yang sama. Baru dua tahun berturut-turut: 2004 dan 2005, Jalur Pitu terbit bentuk buku.
Visi

Kata-kata adalah kupu-kupu yang berebut bunga;
adalah bunga-bunga yang berebut warna;
adalah warna-warna yang berebut cahaya;
adalah cahaya yang berebut cakrawala;
adalah cakrawala yang berebut saya.


Di tengah dunia saling berebut, harapan sering terpatri pada kemenangan. Demikian, kehidupan bertahan. Dan, sejarah mewariskan ingatan yang selalu tak lengkap. Untuk itulah, Jalur Pitu Mengolah Pinggiran.

Catatan

Penemuan kalimat panjang pertama awalnya sebuah ketidaksengajaan dari usaha-usaha sengaja merumuskan visi dan misi bersama sebagai komunitas Jalur Pitu, Media Sastra dan Budaya.

Awalnya, ini kami temukan dalam sebuah tulisan pengantar redaksional separuh jadi milik satu di antara kami. Semua (kecuali yang bersangkutan) berpikir itu karyanya. Ketika itu ditanyakan, yang bersangkutan bahkan tak ingat itu tulisannya atau bukan. Dan, kami tetap berteguh itu betul.

Beberapa waktu sesudahnya, kami cukup malu setelah menemukan Jurnal Kalam edisi 7 yang kami beli di sebuah bazzar. Ternyata, itu penggalan puisi karya Joko Pinurbo di tahun 1995. Judulnya, Malam Pembreidelan, ada di halaman 59.

Selang beberapa waktu, ternyata itu juga termuat dalam salah satu kumpulan puisinya di halaman 8-9. Judulnya, Celana.

Kami jelas kecewa. Dan, sedikit terhibur juga setelah menemukan tulisan Budi Darma. Judulnya, Para Pencipta Tradisi. Itu terpapar pada kumpulan tulisannya pada halaman 6-10. Tajuknya, Solilokui. Bahwasanya tulisannya itu meneguhkan pengaruh kekuatan karya Pak Joko pada teman kami dan kami, yang awalnya bersikeras itu karyanya.

Dan, itu tentunya juga meneguhkan kami untuk belajar lebih banyak dari yang terdahulu, dan juga untuk mengolah pinggiran, yang barangkali tetap berjarak dengan pusat pengetahuan dan kekuasaan.
Misi

Jalur Pitu, Media Sastra dan Budaya.
Kami menawarkan kajian sastra dan budaya dalam arti yang seluas-luasnya.
Bukankah ruang lapang cukup melegakan?

Dan, kami sengaja memuat karya-karya yang memiliki 'visi-visi alternatif'. Dalam perbincangan, kamisebut itu sebagai 'visi-visi pinggiran'.

Batasannya, ada pada pertimbangan bahwa karya tersebut merupakan serangkaian usaha untuk melengkapi narasi-narasi besar khasanah sastra dan kebudayaan Indonesia, terbuka pula dunia. Batas itu, tentu ada dalam karya yang diberi kesempatan untuk berbicara lebih banyak. Wassalam!
Profil

Jalur Pitu, Media Sastra dan Budaya merupakan komunitas digerakkan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta (Fisip UAJY).

Media ini terbit dalam bentuk buku, koran selembar, dan blog. Dalam bentuk buku, setiap edisinya terbit setiap tahun. Ukuran kertasnya setengah kuarto. Sampulnya full color. Dan, isinya: esai, cerpen, puisi, resensi buku, feature wawancara. Edisi ini didistribusikan gratis ke Medan, Lampung, Jakarta, Bandung, Bogor, Purwokerto, Semarang, Malang, Surabaya, Denpasar, dan tentu saja Yogyakarta.

Lain, halnya koran selembar. Media ini terbit setiap tiga bulan. Sajiannya, berbagai acara yang digelar di komunitas-komunitas seni atau ruang-ruang publik di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bentuknya tulisannya feature.

Sementara, blog merupakan edisi situs gratisan yang diperbaharui setiap bulan sekali. Blog ini merupakan medium edisi buku (http://jalurpitu.blogspot.com) dan koran selembar (http://jalur-pitu.blogspot.com) selain informasi dan ulasan singkat dinamika perkembangan seni budaya Jogja dan Jateng (halte-jalurpitu.blogspot.com).

Kami juga punya tempat berdiskusi di ruang maya alias milis. Alamatnya, jalur_pitu @yahoogroup.com. Di sini pula, soft copy edisi buku Jalur Pitu dibagikan kepada siapapun yang berminat secara cuma-cuma dalam format pdf.

O ya, alamat email kami: jalur_pitu@yahoo.com.